8/1/09

#033:PRIA TAK BERPAYUNG TAK MEMBACA TANDA DATANGNYA HUJAN

mimpi itu hadir begitu malam tiba, begitu samar, begitu pula aku curiga:


seorang pria tak berpayung tak membaca tanda akan datangnya hujan. ia berlari di sebuah sabana dengan ribuan pria lainnya menggenggam payung di tangan kanan. lari mereka setara, ayunan tangan mereka saja yang berbeda, pria-pria lainnya sibuk membuka payung karena hujan sebentar lagi tiba, sebab angin menyapa dengan kencang menerpa. beda cerita ketika hujan benar-benar tiba, lari mereka tak lagi setara. pria tak berpayung yang tak membaca tanda akan datangnya hujan ini berlari jauh lebih kencang. dari sudut ilmu aerodinamika payung memang tameng hujan, tapi justru menjadi dosa ganda bagi sapuan angin.


pria-pria itu tak boleh diam, tugas mereka berlari, di ujung sana seseorang tengah menanti. bukan bidadari, tapi seorang gadis kecil berpayung besar yang tersenyum berseri.


aku, pria tak berpayung yang tak mampu membaca tanda akan datangnya hujan itu adalah aku. berlari kencang dan basah kuyup, ia memang tak bisa membaca datangnya hujan, tapi di ujung pelarian, ia jadi pria pertama yang tiba dan tumbang di depan gadis kecil berpayung besar itu, pria-pria lain jauh tertinggal di belakang. tenaga dan panas di tubuhnya surut. dengan sisa tenaga dan panas tubuhnya ia hentakan untuk memeluk gadis itu, "aku memang tak bisa membaca datangnya hujan, tapi aku tahu kamu yang menungguku di sini. aku tahu kamu yang akan kutemui, gadis kecil yang akan menguatkan kembali lemahku serta menghangatkan lagi dinginku."


akhirnya kita tahu bahwa hujan hanya membasahi, tapi tidak menghentikan.

0208.1233. ditulis sepihak oleh si btok sebagai terapi reduksi rasa gelisahnya (part I).

No comments:

Post a Comment