8/20/09

#037: TETANG KEKHAWATIRAN

"bisakah, jika aku mencinta tanpa perlu mengkhawatirkanmu?"
"mengapa?"
"karena bisa saja kekhawatiran ini akan mereduksi kasih, memaksa cinta melangkah mundur untuk beberapa langkah."
"mengapa tidak? ya...kalau begitu...mengapa tidak?"
"baiklah, mulai saat ini aku tak perlu lagi mengkhawatirkanmu."

...

"mengapa tidak aku saja yang berhenti membuatmu khawatir?"
"ya syukurlah, kalau begitu aku tak perlu lagi mencari rasa aman di rumah yang lain."

2008.2210.ditulis si btok tanpa kekhawatiran sama sekali, sama sekali.:D.

8/8/09

#036: ADUH, KELUH. HIDUP KITA BUKAN UNTUK ITUH.

gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Rendra mati meninggalkan sajak-sajaknya untuk kita...


hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh

hidup adalah untuk mengolah hidup

bekerja membalik tanah

memasuki rahasia langit dan samodra

serta mencipta dan mengukir dunia

kita menyandang tugas

kerna tugas adalah tugas

bukannya demi sorga atau neraka

tetapi demi kehormatan seorang manusia

kerna sesungguhnya kita bukan debu

meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu

kita adalah kepribadian

dan harga kita adalah kehormatan kita

tolehlah lagi ke belakang

ke masa silam yang tak seorang pun kuasa menghapusnya


Sajak Seorang Tua untuk Istrinya - Rendra


0908.0117.disalin dari sajak seorang tua untuk istrinya punya rendra. rest in peace.

8/1/09

#035: WILD AND DUSTY NOON


the wild and dusty noon. the long and winding road. just let me know the way, it always leads me, you! :D.
location: kiarapayung-Jatinangor.
3007.2009

#034: TANDA DALAM RESOLUSI

...I saw the sign and it opened up my eyes, I saw the sign. Life is demanding without understanding...


tampaknya aku harus lebih peka terhadap tanda. karena tanda adalah pelita. tanda adalah suara, juga tangan yang mengarahkan kita harus ke mana. tanda kadang tidak minta dibaca, karena tanda seringnya menyembunyikan makna.


tadi malam, tadi pagi, saya menyadari bahwa hidup dengan memercayai tanda bukanlah sebuah musyrik. tanda bolehlah dijadikan modal dan bekal. seperti di jalan kita melihat tanda awas longsor, bukan untuk menakut-nakuti kita dan berarak pulang, tapi memberitahu agar berhati-hati karena mungkin akan terjadi longsor, dan kita yang telah dibekali itu, selain akan berhati-hati juga pastinya menyiapkan rencana lain sebagai antisipasi.


tapi tanda yang diberikan manusia, alam, dan Tuhan lebih rumit dari tanda-tanda yang disampaikan benda mati. alam dan Tuhan memberikan tanda secara implisit yang kadang memikirkannya pun kita malas. tapi manusia kadang memberikan tanda yang mudah dibaca, tanda-tanda yang bisa dirangkum dalam resolusi dan janji. tanda yang mengatakan 'kini aku berada di sini' sehingga 'kaumudah untuk menyusuri'.


aku membaca tanda-tandamu, keinginanmu yang belum siap kau tinggalkan pasti, ketidaksiapanmu untuk memegang teguh resolusi minimu. tapi untungnya kau meninggalkan tanda 'susuri aku disini' sehingga senantiasa aku menemukan bahkan dalam keterpurukanmu di sebuah gang becek, gelap, sempit, bau, kotor, dan pengap, aku merasakan harummu dan membawamu pulang.


kau, tanda, dan sebuah resolusi. seseorang di sana delapan bulan lalu mungkin dengan segenap asa berkata, 'aku harus ini-itu-ini-itu'. bila delapan bulan kemudian realita lain cerita, maka resah gelisah tak perlu mengendap di kepala. karena umur resolusi bagi kita tak pernah lebih dari satu semester saja. :D.


aku hanya ingin berkata atas satu resolusimu: 'aku harus bisa menanggalkan ketergantungan terhadap orang lain'. dan bila ternyata suatu saat kau jatuh lagi dalam sebuah ketergantungan, ingatlah...aku kini bukan orang lain bagimu.

0208.1308. ditulis sepihak oleh si btok sebagai terapi reduksi rasa gelisahnya (part II).

#033:PRIA TAK BERPAYUNG TAK MEMBACA TANDA DATANGNYA HUJAN

mimpi itu hadir begitu malam tiba, begitu samar, begitu pula aku curiga:


seorang pria tak berpayung tak membaca tanda akan datangnya hujan. ia berlari di sebuah sabana dengan ribuan pria lainnya menggenggam payung di tangan kanan. lari mereka setara, ayunan tangan mereka saja yang berbeda, pria-pria lainnya sibuk membuka payung karena hujan sebentar lagi tiba, sebab angin menyapa dengan kencang menerpa. beda cerita ketika hujan benar-benar tiba, lari mereka tak lagi setara. pria tak berpayung yang tak membaca tanda akan datangnya hujan ini berlari jauh lebih kencang. dari sudut ilmu aerodinamika payung memang tameng hujan, tapi justru menjadi dosa ganda bagi sapuan angin.


pria-pria itu tak boleh diam, tugas mereka berlari, di ujung sana seseorang tengah menanti. bukan bidadari, tapi seorang gadis kecil berpayung besar yang tersenyum berseri.


aku, pria tak berpayung yang tak mampu membaca tanda akan datangnya hujan itu adalah aku. berlari kencang dan basah kuyup, ia memang tak bisa membaca datangnya hujan, tapi di ujung pelarian, ia jadi pria pertama yang tiba dan tumbang di depan gadis kecil berpayung besar itu, pria-pria lain jauh tertinggal di belakang. tenaga dan panas di tubuhnya surut. dengan sisa tenaga dan panas tubuhnya ia hentakan untuk memeluk gadis itu, "aku memang tak bisa membaca datangnya hujan, tapi aku tahu kamu yang menungguku di sini. aku tahu kamu yang akan kutemui, gadis kecil yang akan menguatkan kembali lemahku serta menghangatkan lagi dinginku."


akhirnya kita tahu bahwa hujan hanya membasahi, tapi tidak menghentikan.

0208.1233. ditulis sepihak oleh si btok sebagai terapi reduksi rasa gelisahnya (part I).

7/23/09

#032: AHAHA, SUKUUURIIIIINNNN!

She kept gloating everytime she laid eyes on me. I shoulda told her 'you're about two seconds away from wearing that smile around your ass'. But no, I'm a nice guy. Being a nice guy is actually a VERY difficult life, perhaps much harder than being a mean guy. Although it pays off, you have to be VERY patient too.
location: balaikota-Bandung.
1507.2009


7/21/09

#031: TERBANGNYA BURUNG

terbangnya burung

hanya bisa dijelaskan

dengan bahasa batu

bahkan cericitnya

yang rajin memanggil fajar

yang suka menyapa hujan

yang melukis sayap kupu-kupu

yang menaruh embun di daun

yang menggoda kelopak bunga

yang paham gelagat cuaca

hanya bisa disadur

ke dalam bahasa batu

yang tak berkosa kata

dan tak bernahu

lebih luas dari fajar

lebih dalam dari langit

lebih pasti dari makna

dan sepenuhnya abadi
tanpa diucapkan sama sekali



2107.1608. ditulis ulang dari sajak Sapardi Djoko Darmono - Terbangnya Burung (1994). karena setiap dahan butuh dihinggapi oleh burungnya masing-masing.